Saya sangat sadar dengan perubahan ini, dan dengan kesadaran penuh menyambut perubahan ini, sedikit takjub, kadang berusaha melihat dari jauh, apa pengaruhnya terhadap diri dan tingkah laku?
Tahapan yang saya lalui:
1. Islam KTP - islam keturunan, pengetahuan agamanya dari guru agama, guru ngaji, ceramah-ceramah di tivi. Bisa dibilang abangan. Shalat bolong-bolong, berpuasa ramadhan, sesudah dewasa berkurban domba kalau sedang ada rejeki. Agama tidak begitu berpengaruh terhadap tingkah laku. Karena masih muda melakukan apa saja yang disuka.
2. Islam - berusaha cari tau lebih banyak tentang islam. Semangat baca al quran, baca-baca buku islam. Shalat berusaha melakukan lima waktu, tapi sangat sulit. Kadang merasa sangat terpaksa, masih tetap bolong-bolong dan akibatnya berpengaruh terhadap pandangan terhadap diri sendiri. Shalat terasa lebih ditujukan untuk kesenangan orang lain daripada kebutuhan diri. Merasa selalu tidak tuntas dalam beribadah, apapun sikap baik dan amalan, tetap merasa kurang sempurna, merasa cacat, merasa frustrasi. Merasa jadi orang munafik, dan menderita karenanya.
3. Quranist - setelah banyak membaca tentang sejarah islam dan hadist, beli lebih banyak lagi buku-buku, berani memproklamirkan diri sebagai quranist. Ini bersamaan dengan keputusan untuk berhenti shalat. Merasa pandangan terhadap citra diri lebih positif, tidak merasa munafik. Merasa bangga dengan pencapaian. Pandangan terhadap islam (sunni) sedikit banyak berubah, ada kemilitanan untuk mengganggu keyakinan orang lain. Selalu berusaha untuk berdebat dan menang. Walaupun quranist masih meyakini sejarah yang ditulis oleh para penulis hadis. Pengalaman perubahan saya tulis di postingan ini Perubahan Bentuk Hati Saya
4. Mulai mempertanyakan agama - Dipengaruhi oleh buku The Meaning and End of Religion nya WC Smith saya mempertanyakan agama seperti di postingan yang ini Spiritualitas tidak berhubungan dengan agama, itu cukup logis untuk saya. Kemilitanan sebagai quranist jauh berkurang. Berusaha melihat persoalan dari pandangan pihak lain. Menyadari bahwa sejarah sangat penting peranannya dalam agama. Malah mulai melihat bahwa agama itu adalah tradisi. Agama mengecil definisinya menjadi 'ritual beribadah' - ini pandanganku pribadi.
Pendapat CW Smith:
Agama yang dimiliki seseorang mungkin adalah tentang kesalehan dan iman, ketaatan, ibadah, dan visi tentang Allah. Sebuah 'agama' asing dilain pihak dilihat sebagai sebuah sistem kumpulan kepercayaan ritual, sebuah pola abstrak dan impersonal dari hal yang bisa diamati. Namun terjadi dialektika (penyesuaian konsep). Jika 'agama' milik sendiri diserang oleh orang yang tidak meyakini dan mengkonsep hal itu secara skematis dengan tidak sensitif, seseorang akan cenderung melompat menjadi defensif terhadap apa yang diserang, sehingga seluruh penganut kepercayaan pada saat ini - terutama mereka yang paling terlibat dalam argumen - menggunakan istilah yang sama externalist dan teoritisnya sesuai dengan lawan mereka. Agama sebagai entitas yang sistematis, seperti yang muncul pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas, adalah konsep polemik dan apologetik.Ket: apologetik = Pertahanan sistematis untuk membela keyakinan.
5. Tidak beragama - Kadang saya harus menjelaskan bahwa tidak beragama itu tidak berarti tidak bertuhan, atau tidak punya ritual ibadah. Agama itu cuma istilah yang mulai digunakan abad ke 17, kenapa harus penting? Di kitab-kitab suci tidak dibicarakan mengenai agama. Refleksinya dalam kehidupan adalah makin tolerannya saya terhadap segala sesuatu. Agama dengan semua ritualnya tidak mengganggu saya. Semakin menghargai tradisi. Saya tidak setuju dengan sesama quranist yang memutus tradisi lebaran. Lebaran, adalah tradisi, yang barangkali dulunya tidak berhubungan dengan agama (islam), kenapa harus membuangnya?
6. Tidak beragama dan mulai mempertanyakan sejarah islam - ini tahapan baru lagi. Saya sendiri menapakinya dengan sadar, mulai melangkah lebih jauh. Ini masalah cukup besar dan juga mempengaruhi keyakinan saya ketika membaca al Quran. Setting yang diketahu dari dulu tentang sejarah al Quran dan nabi Muhammad mulai runtuh dalam pemahaman saya. Ini tercermin dalam postingan saya Craving, Kita Tidak Tahu Apa-apa , Al Quran vs Sejarah dan sepertinya masih banyak yang akan saya posting nantinya. Keraguan yang menyeruak diam-diam seperti mendapat pengukuhan waktu membaca tulisan Jay Smith ini. Terlepas dari tujuan dia menulis hal ini, saya tidak mengakui dia sebagai orang yang mempengaruhi pendapat saya, tapi lebih sebagai penguat bahwa ada orang lain yang berpikiran mirip dengan saya.
Semoga pencarian ini membuat saya jadi manusia yang lebih baik, kabulkan ya Allah ..
Terimakasih sudah membaca ini. Semoga berguna.
Terimakasih sudah membaca ini. Semoga berguna.
0 komentar:
Posting Komentar